CARA KERJA VINCRISTIN DAN VINBLASTINE PADA
MIKROTUBULIN DALAM PENGOBATAN PENYAKIT KANKER
Makalah Tugas Mata Kuliah
Biologi
dasar
Oleh :
Khurmatul Walidah Tahta Alfina : 122210101009
Arjun Nurfawaidi : 122210101017
Gati Dwi Sulistyaningrum : 122210101021
Yasmin : 122210101034
Fauzan Arrozi : 122210101035
Mas’uliatin nasucha : 122210101036
Herlita Putri Silalahi : 122210101037
Tri Rizqi Muharommah : 122210101041
Sendy Puspitosari : 122210101045
Faizah Oktaviana : 122210101064
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah
SWT karena hanya berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini dibuat dengan tujuan utama yaitu
untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah biologi dasar FF-UNEJ. Pembelajaran akan cara kerja obat
golongan statistika ( vincristine dan vinblastine ) sangatlah penting dalam dunia kesehatan sebagai solusi permasalahan penyakit kanker
yang kasusnya sedang marak-maraknya
terjadi. Cara kerja obat statistika ini menggunakan mitocic spindel .
Dalam pembuatan karya tulis
ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan
waktu yang penulis miliki sekalipun pada akhirnya karya tulis ini masih jauh
dari kesempurnaan. Penulis sangat
menghargai saran dan kritik yang bersifat membangun bagi kesempurnaan di masa
mendatang. Penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis maupun para pembaca.
Jember , November 2012
Tim Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul...........................................................................................................
i
Kata Pengantar..........................................................................................................
ii
Daftari Isi...................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Pembatasan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sitoskeleton........................................................................................................
2.2 Mikrotubula ........................................................................................................
2.3 Sel Kanker...........................................................................................................
BAB III PEMBAHSAN
3.1 Karakteristik obat (VINCRISTIN DAN
VINBLASTINE)...............................
3.2 Mekanisme kerja obat (VINCRISTIN
DAN VINBLASTINE).........................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................
4.2 Saran...................................................................................................................
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker menjadi masalah utama
kesehatan di seluruh dunia dan penyakit pembunuh terbesar kedua setelah
kardiovaskuler. Kanker merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan
keadaan sel yang membagi secara terus menerus (proliferasi) tanpa kontrol dan
mempunyai kemampuan untuk menyebar (metastasis) ke jaringan yang berlainan
secara patologi Kanker dapat timbul karena terjadi mutasi pada sel normal yang
disebabkan oleh pengaruh radiasi, virus, hormon dan bahan kimia karsinogen.
Satu kali proses mutasi yang terjadi pada DNA belum dapat menimbulkan kanker.
Tetapi dibutuhkan ribuan mutasi lagi yang terletak pada gen yang tidak sama.
Apabila terjadi banyak mutasi pada DNA, maka sel mulai mengalami perubahan
sifat secara perlahan-lahan. Sel yang bermutasi tersebut mulai membelah diri
(proliferasi) dan membentuk grup tertentu (klonal) di lokasi tertentu dalam
tubuh yang dapat membahayakan jaringan sehat. Tahap dimana sel kanker membentuk
klonal inilah yang dinamakan tahap promosi kanker.
Pengobatan
konvensional yang umum dilakukan pada penyakit kanker diantaranya dengan
pembedahan, kemoterapi dan radioterapi Namun, terapi kanker secara pembedahan
tidak dapat dilakukan khususnya pada sel kanker yang telah menyebar
(metastasis), sementara pengobatan kemoterapi dan radiasi dapat menimbulkan
efek samping meskipun pengobatan kemoterapi mampu mengeluarkan keseluruhan
tumor.
Pengembangan
– pengembangan terus di upayakan banyak pihak untuk sebisa mungkin meningkatkan
kualitas pengobatan. Salah satu nya adalah pengembangan obat- obatan
sitostatika (obat – obat anti kanker) yang di bagi bedasarkan mekanisme kerja
dan target (obat yang bekerja
mempengaruhi siklus sel secara spesifik maupun spesifik). Dalam mempengaruhi
siklus sel beberapa diantara nya memiliki aksi kerja utuk mengagalkan
pembelahan yang melibatkan penghambatan mikrotubula pasa phase metaphase.
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
membatasi pembahasan masalah dalam makalah ini. Pembatasan masalah tersebut
yaitu mengenai Bagaimana cara kerja obat Vincristin Dan Vinblastine
sebagai salah satu jenis obat yang bekerja pada sitosekeleton ( mikrotubula)
dimana diaplikasikan dalam pengobatan kanker.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, maka dapat dituliskan tujuan dari penulisan ini adalah :
1.
Mengetahui
karakteristik obat Vincristin Dan
Vinblastine
2. Mengetahui cara kerja obat Vincristin Dan Vinblastine pada
mikrotubula (sitoskleton) dalam penghambatan penyakit kanker.
3. Melengkapi nilai tugas mata kuliah biologi
dasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SITOSKELETON
Konsep dan istilah dari sitoskeleton
(cytosquelette, dalam bahasa Perancis) pertama kali diperkenalkan oleh Paulus
Wintrebert pada 1931. Sitoskeleton atau kerangka sel
adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun sitoplasma eukariota.
Sitoskeleton memiliki peranan penting dalam pengorganisasian struktur dan
aktivitas sel. Fungsi yang jelas dari sitoskeleton adalah untuk memberikan
dukungan mekanis pada sel dan mempertahankan bentuknya. Sitoskeleton merupakan
tempat bergantung banyak organel bahkan molekul enzim sitosol. Sitoskeleton
lebih dinamis dari pada rangka hewan.
Sitoskeleton atau rangka sel tersusun
atas tiga jenis serabut yang berbeda, yaitu: mikrofilamen, mikrotubulus, dan
filament intermediet.
2.2 MIKROTUBULA
2.2.1 Monomer
Penyusunnya
Mikrotubul ditemukan dalam sitoplasma
semua sel eukariotik. Mikrotubula berupa batang lurus dan berongga yang
berdiameter sekitar 25 nm dan mempunyai panjang dari 200 nm hingga 25 µm.
Mikrotubula dibentuk dari protein globular yang disebut tubulin, setiap molekul
tubulin merupakan heterodimer yang terdiri dari dua sub unit globular yang
terikat erat. Sub unit-sub unit tersebut protein sejenis yang diberi nama
α-tubulin dan β-tubulin. Keduanya memiliki ukuran yang hampir sama, satu dari
masing-masing tipe bergabung secara nonkovalen untuk membentuk dimer. Dimer
adalah blok bangunan untuk mendirikan mikrotubula. Satu persatu dimer membentuk
dinding silinder dalam bentuk heliks (pilinan). Mikrotubula memanjang dengan
menambah molekul tubulin di ujung-ujungnya.
2.2.2 Polimerisasi
Sebelum molekul-molekul tubulin
terakit menjadi mikrotubula, terlebih dahulu mereka menyusun diri membentuk
protofilamen dengan cara β-tubulin dari sebuah molekul tubulin berlekatan
dengan sub unit α-tubulin dari molekul tubulin yang lain yang berada di
sampingnya. Sebuah mikrotubula juga disebut singlet mikrotubula yanng terdiri
dari 13 protofilamen yang tersusun membentuk suatu lingkaran. Jika dua buah
protofilamen dari sebuah mikrotubula (misalnya mikrotubula A) juga menjadi
milik mirotubula yang lain (misalnya mikrotubula B) maka dua buah mikrotubula
tersebut disebut doublet. Mikrotubula memilki kutub positif yaitu kutub yang
pertumbuhannya cepat dan kutub negative yaitu kutub yang pertumbuhannya lambat.
Hal ini disebabkan oleh susunan protofilamen yang sejajar sat terhadap yang
lain dan sesuai dengan polaritas masing-masing
Mikrotubula mempunyai ujung positif
dan ujung negatif. Ujung positif adalah tempat dimer-dimer bersatu membentuk
heterodimer sedangkan ujung negatif adalah tempat lepasnya dimer-dimer tubulin
dari ikatan heterodimer mikrotubula. Hal ini menyebabkan struktur mikrotubula
tersebut labil atau bergerak.
Mikrotubula labil terdapat di dalam
sitoplasma, oleh karena itu disebut mikrotubula sitoplasma. Mikrotubula
sitoplasma ini berfungsi dalam memberi bentuk sel, membantu gerakan
sel, dan menentukan bidang pembelahan sel.
Terbentuknya gelendong
mitosis atau apparatus mitosis yang terbentuk setelah mikrotubula sitoplasma
terurai di awal mitosis. Mikrotubula gelendong mitosis pada umumnya sangat
labil, cepat terakit maupun terurai. Hal ini yang menyebabkan sangat pekanya
gelendong mitosis terhadap pengaruh obat-obatan.
2.2.3 Pembentukan
mikrotubul dan fungsinya dalam pembelahan sel
Untuk mengatahui hal ini perlu
mengetahui MTOC (microtubule organizing center). MTOC adalah tempat
dimana mikrotubul mulai terbentuk dengan kumpulan beberapa struktur special
yang bervariasi. Dengan teknik imunofluoresensi pada sel yang dibiakkan pada
stadium interfase tampak bahwa mikrotubula paling banyak terdapat di sekitar
inti sel.
Dari daerah ini terpancar dalam
bentuk anyaman benang-benang halus ke arah perifer sel. Asal mikrotubula dapat
diketahui dengan tepat dengan jalan mendepolimerisasi dan membiarkannya tumbuh
kembali. Mikrotubula yang timbul kembali semula terlihat seperti bintik kecil
yang bebentuk bintang sehingga disebut aster. Pancaran
benang–benang halus itu memanjang ke arah tepi sel sampai penyebaran awal
terbentuk kembali. Daerah tempat timbulnya aster disebut MTOC (microtubule
organizing center).
Sel yang sedang dalam tahap membelah
mikrotubulnya bersifat labil, artinya mikrotubula di dalam sel akan terus
menerus terakit dan terurai. Tetapi sel-sel pada jaringan yang sudah dewasa
(sudah terdiferensiasi) memiliki mikrotubula yang stabil. Kestabilan
mikrotubula ini dientukan oleh modifikasi pasca translasi dan sebagian lagi
oleh transaksi antara mikrotubula dengan protein khusus pengikat mikrotubula
yang disebut MAPs (microtubule associated proteins) yang berfungsi menghalangi
penguraian mikrotubula dan memacu interaksi mikrotubula dengan komponen sel
lainnya.
2.2.4 Pengorganisasian mikrotubul pada
mitosis
Mikrotubul akan secara lengkap
terorganisasi selama proses mitosis yang menunjukkan dinamic instability.
Kumpulan mikrotubul yang tampak pada fase interfase sel terbongkar/terurai dan
sun unit tubulin bebas disusun untuk membentuk benang spindel yang brtanggung
jawab u
ntuk
pemisahan daughter kromosom. Penyusunan kemballi dari mikrotubul diarahkan oleh
duplikai dari sentrososm yang memebentuk dua MTOC yang terpisah dengan arah
mitotic spindle yang berlawanan arah.
Sentriol dan komponen dari sentriosom
yang lain diduplikasi pada interfase tetapi mereka bersama-sama berada pada
satu sisi dalam nukleus sampai proses mitosis dimulai. Dua sentrosom kemudian
berpisah dan kemudian bergerak ke arah yang berlawanan membentuk dua kutub
spindle mitotic. Ketika memasuki mitosis, perubahan dari penyusunan dan
pembongkaran mikrotubul terlihat. Pertama, laju pembongkaran mikrotubul naik 10
kali lipat menghasilkan pembongkaran dan pemendekan mikrotubul. Pada saat yang
bersamaan mikrotubul yang mengalir ke sentrosom meningkat 5 sampai 10 kali
lipat.
formasi dari mitotic spindle
melibatkan selective stabilization dari beberapa mikrotubul dari sentrosom.
Kinetokor spindle menempel pada condensed kromosom of mitotic sel pada
sentromer mereka yang bekerja sama dengan protein spesifik untuk memebentuk
kinetochore. Penempelan pada kinetochore menstabilkan mikrotubul yang mempunyai
peran penting dalam memisahkan mitotic kromosom. Tipe mikrotubul yang kedua
terdapat pada mitotic spindle (polar mikrotubul) yang tidak menempel pada
kromosom. Pada proses mitosis, condensed kromosom pertama kali tersusun pada
metafase dan terpisah, dua kromatid dari setiap kromosom tertarik ke arah kutub
yang berlawanan dari spindle. Pergerakan kromosom diperantarai oleh protein
motor yang bekerja sama dengan mikrotubul spindel. Pada tahap akhir mitosis,
selubung/membran inti kembali terbentuk, kromosom terpisah dan terjadi
sitokenesis.
2.3 SEL KANKER
Kanker merupakan penyakit sel yang
dicirikan dengan perubahan mekanisme yang mengatur proliferasi (pembelahan) dan
diferensiasi sel, sehingga sel tersebut mengalami kelainan kromosom (mutasi)
yang menyebabkan siklus sel berlangsung terus menerus (sel terus berproliferasi
namun tidak berdiferensiasi).
Siklus sel adalah suatu proses
pertumbuhan sel yang teratur untuk berduplikasi (menggandakan diri) dan
menurunkan informasi genetik dari satu generasi sel ke generasi sel yang
berikutnya. Selama proses ini berjalan, DNA harus digandakan secara tepat dan
salinan kromosom harus dibagikan tepat sama jumlah pada kedua sel anak yang
terbentuk.
Kanker dapat timbul karena terjadi
mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh pengaruh radiasi, virus, hormon dan
bahan kimia karsinogen. Satu kali proses mutasi yang terjadi pada DNA belum
dapat menimbulkan kanker. Tetapi dibutuhkan ribuan mutasi lagi yang terletak
pada gen yang tidak sama. Apabila terjadi banyak mutasi pada DNA, maka sel
mulai mengalami perubahan sifat secara perlahan-lahan. Sel yang bermutasi
tersebut mulai membelah diri (proliferasi) dan membentuk grup tertentu (klonal)
di lokasi tertentu dalam tubuh yang dapat membahayakan jaringan sehat. Tahap
dimana sel kanker membentuk klonal inilah yang dinamakan tahap promosi kanker.
Dalam keadaan normal, sel hanya akan
membelah diri bila badan membutuhkan, misalnya ada sel-sel yang perlu diganti
karena mati atau rusak. Sedangkan sel kanker akan membelah diri meskipun tidak
diperlukan, sehingga terjadi sel-sel baru yang berlebihan yang tidak memiliki
daya atur. Jika berhenti membelah, sel kanker melakukannya pada sembarang titik
dalam siklusnya, bukan pada checkpoint normal
saja. Di samping itu, sel kanker dapat terus membelah secara tidak terbatas
jika sel tersebut diberi pasokan nutrient secara terus-menerus. Sel kanker
memiliki beberapa ciri khusus yang membedakannya dengan sel normal. Sel kanker
tidak mempunyai control pertumbuhan dan daya lekat sel kanker berkurang atau
bahkan tidak ada. Checkpoint yang
merupakan titik pengontrolan yang kritis dimana siklus berhenti dan sinyal
terus dapat mengatur siklus sel, sudah tidak memiliki peranan lagi. Sehingga,
walaupun sel membawa abnormalitas di dalamnya, tetapi sel tetap akan melewati
fase-fase dalam siklus sel secara keseluruhan kemudian membelah. Sifat sel
kanker berbeda dari sel tubuh normal karena mitosis sel kanker lebih cepat,
tidak normal dan tidak terkendali.
Penyakit kanker dapat menyerang
berbagai macam sel, sel hati, sel kulit, sel jantung, sel darah, sel otak,
sel-sel pada saluran pencernaan seperti sel lambung dan usus, sel saluran
urine, sel-sel paru-paru, dan sel-sel lainnya. Dikenal beberapa jenis kanker
seperti karsinoma, sarkoma, limfoma dan leukemia.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KARAKTERISTIK
OBAT (VINCRISTIN DAN VINBLASTINE)
Termasuk obat sitostatika ( obat anti kanker) yang berperan sebagai anti
pertumbuhan sel kanker dimana obat ini bekerja mempengaruhi sel kanker secara
spesifik dan tergolong obat alkaloid atau mitotic spindel.
3.1.1 VINBLASTIN
Deskripsi
Nama Struktur Kimia : Vinblastin sulfat. C46H58N4O9.H2SO4
Sifat Fisikokimia :
Serbuk kristal, berwarna putih atau agak kekuningan, sangat higroskopik. Larut
baik dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol.( ket : Larutan 0.15% dalam
air mempunyai pH 3.5 - 5.0.)
Golongan/Kelas
Terapi
Antineoplastik,
Imunosupresan dan obat utnuk terapi paliatif.
Nama Dagang
-Vinblastine
PCH
- Vinblastine Sulphate DBL
Indikasi
Pengobatan limphoma
Hodgkin dan non-Hodgkin, karbinoma testis, paru, kepala dan leher, payudara,ginjal.
Fungides mycosis, sarkoma kaposi, histiositosis, khoriokarsinoma, dan purpura
trombositopenia idiopatik.
Dosis, Cara
Pemberian dan Lama Pemberian
Anak-anak dan dewasa: I.V.: 4-20 mg/m² (0.1-0.5 mg/kg) setiap 7-10 hari atau 5 hari infus
kontinyu dari 1.5-2 mg/m²/hari atau 0.1-0.5 mg/kg/minggu.
Farmakologi
Distribusi: Vd: 27.3 L/kg; berikatan dengan jaringan lunak, tidak
berpenetrasi pada SSP atau jaringan lemak, didistribusikan ke hati.
Ikatan protein: 99%
Metabolisme: Hepatik,menjadi metabolit aktif.
T½ eliminasi: Bipasik. Awal 0.164 jam. Terminal: 25 jam
Ekskresi: Feses (95%); urin (<1% sebagai obat utuh)
Stabilitas Penyimpanan
Vial disimpan dalam lemari pendingin (20°-80°C), hindari dari cahaya.
Kontraindikasi
Hanya untuk penggunaan melalui I.V., pemberian melalui intratekal dapat
menyebabkan kematian. Hipersensitifitas terhadap vinblastik atau komponen lain
dalam sediaan, kahamilan.
Efek Samping
>>10%
Dermatologi :
Alopesia.Endokrin dan metabolik: sindrom sekresi horman antidiuretik yang
rendah bisa terjadi
GI : Diare
(jarang terjadi), stomatitis, anoreksia,
Hematologi :
Dapat menyebabkan supresi sum-sum tulang dan tergantung dosis batas toksisitas dari
vinblastin (tidak seperti vinkristin), granulositopenia hebat dan
trombositopenia dapat terjadi setelah pemberian dari vinblastin
Myelosupresi (primer leukopenia, dosis terbatas)
Onset : 4-7
hari,
Nadir :
5-10 hari,
Recovery :
4-21 hari
1% sampai 10%
Kardiovaskular : Hipertensi, fenomena Raynaud (merupakan
gangguan sirkulasi,dimana terjadi interupsi pada suplai darah ke banyak bagian
tubuh,disebabkan oleh adanya spasmus pada arteri kecil bagian tubuh tersebut ).
SSP :
Depresi, malaise, sakit kepala, seizure.
Endokrin & metabolic :
Hiperurikemia.
GI :
Konstipasi, nyeri abdominal, muntah (ringan), mual (ringan), paralitileus,
stomatitis.
Genital :
Retensi uriner.Neuromuscular dan skeletal: sakit pada rahang, myalgia,
paresthesia.
Respiratori :
Bronkospasmus.
<1% (terbatas pada yang
mengancam jiwa)
pendarahan colitis,neurotoksisitas (jarang,simptom bisa termasuk
periferal neuropati, kehilangan refleks tendon dalam, sakit kepala, kelemahan,
retensi urin, GI symptoms, takikardi, hipotensi ortostatik, konvulsi),
pendarahan rektal.
Bentuk Sediaan
Vial 10 mg/10 ml
Peringatan
Zat berbahaya - Gunakan dengan peringatan untuk penanganan dan
disposal. Vinblastin adalah agen yang menyebabkan lepuh (vesicant). Hindari
ekstravasasi/keluarnya darah. Modifikasi dosis pada pasien dengan kegagalan
fungsi ginjal dan neurotoksisitas. Penggunaan jumlah kecil obat harian untuk
penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan neurotoksisitas dan tidak
disarankan. Untuk penggunaan I.V saja. Penggunaan Intratekal dapat menyebabkan
kematian. Monitor secara ketat untuk pemendekan nafas atau bronkospasme pada
pasien yang menerima mitomisin-C.
3.1.2
VINKRISTIN
Deskripsi
Nama & Struktur Kimia : 22-Oxovincaleublastine Sulfate. C46H56N4O10.H2SO4
Sifat Fisikokimia : Serbuk kristal berwarna putih atau kekuningan, sangat higroskopis. Larut baik dalam air, sedikit larut dalam alkohol.(ket : Larutan 0.1% dalam air mempunyai pH 3.5-4.5)
Nama & Struktur Kimia : 22-Oxovincaleublastine Sulfate. C46H56N4O10.H2SO4
Sifat Fisikokimia : Serbuk kristal berwarna putih atau kekuningan, sangat higroskopis. Larut baik dalam air, sedikit larut dalam alkohol.(ket : Larutan 0.1% dalam air mempunyai pH 3.5-4.5)
Golongan/Kelas Terapi
Antineoplastik, Imunosupresan dan
obat utnuk terapi paliatif
Nama Dagang
- Vincristine Kalbe
- Vincristine PCH,
- Vincristine Sulphate DBL.
- Cytosafe Vinkcristine
Indikasi
Pengobatan untuk leukimia, penyakit Limphoma Hodgkin dan non-Hodgkin ,
tumor Wilms (tumor ginjal ganas), neoroblastoma, rabdomyosarkoma (tumor otot
lurik).
Dosis, Cara Pemberian dan Lama
Pemberian
Dosis sering diberikan 2 mg. Tetapi hal ini mungkin akan mengurangi
efektifitas terapi dan tidak direkomendasikan. Tergantung protokol
individu.
Dosis tunggal >2.5 mg atau >5 mg/siklus terapi dapat diverifikasi
dengan pengobatan spesifik dari regimen dan/atau berdasarkan pengalaman
onkologis sebelumnya untuk dispensing.
Anak-anak < 10 kg atau luas permukaan tubuh <1 m²: terapi
awal: 0.05 mg/kg sekali seminggu kemudian naikkan dosis.
Anak-anak >10 kg atau BSA > 1 m²: 1-2 mg/m², bisa diulang sekali
seminggu atau 3-6 minggu, dosis tunggal maksimum: 2 mg.
Neuroblastoma: I.V.: Infus kontinyu dengan doksorubisin: 1 mg/m²/hari
untuk 72 jam.
Penyesuaian dosis untuk kerusakan hati:
Serum bilirubin 1.5-3.0 mg/dL atau AST(SGOT) 60-180 unit: Berikan 50%
dari dosis normal
Serum bilirubin 3.0-5.0 mg/dL: Berikan 25% dari dosis.
Serum bilirubin > 5.0 mg/dL atau AST > 180 unit: Jangan diberikan.
Farmakologi
Absorpsi oral : Sedikit.
Distribusi :
Vd: 163-165 L/m2; penetrasi buruk ke dalam cairan serebrospinal, secara cepat
dipindahkan dari aliran darah menuju ikatan dengan jaringan, sedikit melewati
penetrasi sawar darah otak.
Ikatan protein : 75%
Metabolisme : Di hati
T ½ eliminasi : Terminal: 24
jam
Ekskresi :
Feses (~80%); urin (<1% sebagai obat dalam bentuk tidak berubah)
Stabilitas Penyimpanan
Sebelum dilarutkan :
vial disimpan dalam lemari pendingin, stabil selama 30 hari dalam suhu kamar.
Larutan I.V :dilarutkan
dalam 20-50 mL larutan NSl atau D5W, stabil selama 7 hari dalam lemari
pendingin, atau 2 hari dalam suhu kamar.
Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap vinkristin dan komponen lain dari sediaan,
hanya untuk penggunaan I.V., fatal jika diberikan intratekal; kehamilan
Efek Samping
1>10%
Dermatologi : alopesia (20%
- 70%)
1% - 10%
Kardiovaskular : Hipotensi
ortostatik atau hipertensi, hiper-/hipotensi
SSP :
Depresi SSP, kebingungan, paralisis saraf kranial, demam, sakit kepala,
insomnia, kesulitan motorik, seizure.Intratekal vinkristin seragam menyebabkan
kematian; vinkristin tidak boleh diberikan melalui rute ini.
Efek neurologi dari vinkristin bisa adiktif dengan obat neurotik lainnya
dan iradiasi dengan serabut saraf.
Dermatologi : Rash.
Endokrin dan metabolik: Hiperurikemia.
GI :
Kram abdominal, anoreksia, perut kembung, konstipasi (dan kemungkinan paralisis
ileus setelah terjadi toksisitas neurologi), diare, rasa logam, mual (ringan),
ulserasi oral, muntah, hilang berat badan.
Genital : hilangnya
tonus pada saluran urin (berhubungan dengan neurotoksisitas), dysuria,
poliuria, retensi urin.
Hematologi :
Leukopenia (ringan), trombositopenia.Lokal: Flebitis, iritasi jaringan lunak
dan nekrosis jika masuk ke dalam sel.
Neuromuskular dan skeletal: Kram, sakit rahang,
nyeri kaki, myalgia, kehilangan sensasi, kelemahan, neuropati periferal: sering
tergantung dosis toksisitas dari vinkristin.
Sering terjadi pada pasien >40 tahun, terjadi biasanya setelah
rata-rata 3minggu dosis, tapi bisa terjadi setelah dosis pertama. Manifestasi
seperti kehilangan refleksi tendon dalam pada ekstremitas bawah, kehilangan
sensasi,nyeri, parestesiadari kelingking dan ibu jari (sensasi sarung tangan),
dan “foot drop” atau “wrist drop”.
Okular :
Atropi optik, fotofobia. <1% (terbatas pada yang mengancam jiwa )
sindrom sekresi hormon antidiuretik yang rendah (jarang), stomatitis.
Bentuk Sediaan
Vial 1 mg/ml
Vial 2 mg/ml
Peringatan
FDA merekomendasikan untuk hati-hati dalam menggunakan antineoplasma.
Modifikasi dosis diminta pada pasien dengan kegagalan fungsi hati atau yang
mempunyai penyakit neuromuskular sebelumnya; hindari ekstravasasi/keluarnya
darah, gunakan dengan hati-hati pada orang lanjut usia; hindari kontaminasi
dengan mata, observasi sedekat mungkin untuk kejadian perpendekan nafas,
bronkospasme, terutama pada pasien yang menerima mitomisin-C. Hanya untuk
penggunaan IV. Penggunaan Intratekal dapat menyebabkan kematian , pemberian
alopurinol untuk menjaga nefropati asam urat, jangan digunakan bersama radiasi.
3.2 MEKANISME KERJA OBAT :
Obat Vincristin Dan Vinblastine termasuk Sitostatika ( obat kanker ) yang mempengaruhi siklus sel secara
spesifik . Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga
menyebabkan disolusi struktur
mitotic spindle pada fase mitosis. Obat golongan ini hanya bekerja pada satu
fase saja. Obat yang termasuk golongan Alkaloid vinka ini merupakan senyawa antimitotik dengan mengadakan depolimerisasi
mikrotubul yang merupakan bagian penting dari sitoskeleton dan benang spindel.
Dapat berikatan secara spesifik dengan mikrotubular protein tubulin dalam
bentuk dimmer, bentuk dimmer inilah
yang menyebabkan terminasi
mikrotubul sehingga depolimerisasi terjadi. Hal ini menyebabkan proses mitosis
tertahan di metafase.
Ø Mekanisme
Vinblastin :
Menghancurkan benang spindle sehingga
pembelahan sel terhenti pada metafase (benang spindel terbentuk dari mikrotubul
pada metaphase). Perhentian pada metafase menyebabkan kematian sel. Selain itu
juga spesifik untuk fase M dan S.
Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein dengan memblok
asam glutamat dan penggunaannya.
Ø
Mekanisme vincristine :
Berikatan dengan tubulin dan inhibisi formasi mikrotubula, menahan sel pada fase metafase dengan
mengganggu spindel mitotik; spesifik untuk fase M dan S. Vinblastin juga
mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein dengan memblok asam glutamat dan
penggunaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar