Minggu, 01 Desember 2013

VINCRISTIN DAN VINBLASTINE

CARA KERJA VINCRISTIN DAN VINBLASTINE PADA MIKROTUBULIN DALAM PENGOBATAN PENYAKIT KANKER

Makalah Tugas Mata Kuliah
Biologi dasar


Oleh :
Khurmatul Walidah Tahta Alfina       : 122210101009
Arjun Nurfawaidi                               : 122210101017
Gati Dwi Sulistyaningrum                  : 122210101021
Yasmin                                                : 122210101034
Fauzan Arrozi                                     : 122210101035
Mas’uliatin nasucha                            : 122210101036
Herlita Putri Silalahi                            : 122210101037
Tri Rizqi Muharommah                       : 122210101041
Sendy Puspitosari                               : 122210101045
Faizah Oktaviana                                : 122210101064


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2012

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat dengan tujuan utama yaitu untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah biologi dasar FF-UNEJ. Pembelajaran akan cara kerja obat golongan statistika ( vincristine dan vinblastine ) sangatlah penting dalam dunia kesehatan sebagai solusi permasalahan penyakit kanker yang kasusnya sedang marak-maraknya terjadi. Cara kerja obat statistika ini  menggunakan mitocic spindel .

Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan waktu yang penulis miliki sekalipun pada akhirnya karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan.  Penulis sangat menghargai saran dan kritik yang bersifat membangun bagi kesempurnaan di masa mendatang. Penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Jember , November 2012


Tim Penyusun



DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................... i
Kata Pengantar.......................................................................................................... ii
Daftari Isi................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang....................................................................................................
1.Pembatasan Masalah...........................................................................................
1.3  Tujuan ................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Sitoskeleton........................................................................................................
2.2  Mikrotubula ........................................................................................................
2.3  Sel Kanker...........................................................................................................
BAB III PEMBAHSAN
3.1  Karakteristik obat (VINCRISTIN DAN VINBLASTINE)...............................
3.2 Mekanisme kerja obat (VINCRISTIN DAN VINBLASTINE).........................
BAB IV  PENUTUP
4.1  Kesimpulan.........................................................................................................
4.2  Saran...................................................................................................................
Daftar Pustaka         




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kanker menjadi masalah utama kesehatan di seluruh dunia dan penyakit pembunuh terbesar kedua setelah kardiovaskuler. Kanker merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan keadaan sel yang membagi secara terus menerus (proliferasi) tanpa kontrol dan mempunyai kemampuan untuk menyebar (metastasis) ke jaringan yang berlainan secara patologi Kanker dapat timbul karena terjadi mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh pengaruh radiasi, virus, hormon dan bahan kimia karsinogen. Satu kali proses mutasi yang terjadi pada DNA belum dapat menimbulkan kanker. Tetapi dibutuhkan ribuan mutasi lagi yang terletak pada gen yang tidak sama. Apabila terjadi banyak mutasi pada DNA, maka sel mulai mengalami perubahan sifat secara perlahan-lahan. Sel yang bermutasi tersebut mulai membelah diri (proliferasi) dan membentuk grup tertentu (klonal) di lokasi tertentu dalam tubuh yang dapat membahayakan jaringan sehat. Tahap dimana sel kanker membentuk klonal inilah yang dinamakan tahap promosi kanker.

Pengobatan konvensional yang umum dilakukan pada penyakit kanker diantaranya dengan pembedahan, kemoterapi dan radioterapi Namun, terapi kanker secara pembedahan tidak dapat dilakukan khususnya pada sel kanker yang telah menyebar (metastasis), sementara pengobatan kemoterapi dan radiasi dapat menimbulkan efek samping meskipun pengobatan kemoterapi mampu mengeluarkan keseluruhan tumor.

Pengembangan – pengembangan terus di upayakan banyak pihak untuk sebisa mungkin meningkatkan kualitas pengobatan. Salah satu nya adalah pengembangan obat- obatan sitostatika (obat – obat anti kanker) yang di bagi bedasarkan mekanisme kerja dan target        (obat yang bekerja mempengaruhi siklus sel secara spesifik maupun spesifik). Dalam mempengaruhi siklus sel beberapa diantara nya memiliki aksi kerja utuk mengagalkan pembelahan yang melibatkan penghambatan mikrotubula pasa phase metaphase.



1.2  Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi pembahasan masalah dalam makalah ini. Pembatasan masalah tersebut yaitu mengenai Bagaimana cara kerja obat Vincristin Dan Vinblastine sebagai salah satu jenis obat yang bekerja pada sitosekeleton ( mikrotubula) dimana diaplikasikan dalam pengobatan kanker.

1.3  Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dituliskan tujuan dari penulisan ini adalah :
1.      Mengetahui karakteristik obat Vincristin Dan Vinblastine
2.      Mengetahui cara kerja obat Vincristin Dan Vinblastine pada mikrotubula (sitoskleton) dalam penghambatan penyakit kanker.
3.      Melengkapi nilai tugas mata kuliah biologi dasar




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SITOSKELETON

Konsep dan istilah dari sitoskeleton (cytosquelette, dalam bahasa Perancis) pertama kali diperkenalkan oleh Paulus Wintrebert pada 1931. Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun sitoplasma eukariota. Sitoskeleton memiliki peranan penting dalam pengorganisasian struktur dan aktivitas sel. Fungsi yang jelas dari sitoskeleton adalah untuk memberikan dukungan mekanis pada sel dan mempertahankan bentuknya. Sitoskeleton merupakan tempat bergantung banyak organel bahkan molekul enzim sitosol. Sitoskeleton lebih dinamis dari pada rangka hewan.
Sitoskeleton atau rangka sel tersusun atas tiga jenis serabut yang berbeda, yaitu: mikrofilamen, mikrotubulus, dan filament intermediet.

2.2 MIKROTUBULA

2.2.1 Monomer Penyusunnya

Mikrotubul ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik. Mikrotubula berupa batang lurus dan berongga yang berdiameter sekitar 25 nm dan mempunyai panjang dari 200 nm hingga 25 µm. Mikrotubula dibentuk dari protein globular yang disebut tubulin, setiap molekul tubulin merupakan heterodimer yang terdiri dari dua sub unit globular yang terikat erat. Sub unit-sub unit tersebut protein sejenis yang diberi nama α-tubulin dan β-tubulin. Keduanya memiliki ukuran yang hampir sama, satu dari masing-masing tipe bergabung secara nonkovalen untuk membentuk dimer. Dimer adalah blok bangunan untuk mendirikan mikrotubula. Satu persatu dimer membentuk dinding silinder dalam bentuk heliks (pilinan). Mikrotubula memanjang dengan menambah molekul tubulin di ujung-ujungnya.




2.2.2  Polimerisasi

Sebelum molekul-molekul tubulin terakit menjadi mikrotubula, terlebih dahulu mereka menyusun diri membentuk protofilamen dengan cara β-tubulin dari sebuah molekul tubulin berlekatan dengan sub unit α-tubulin dari molekul tubulin yang lain yang berada di sampingnya. Sebuah mikrotubula juga disebut singlet mikrotubula yanng terdiri dari 13 protofilamen yang tersusun membentuk suatu lingkaran. Jika dua buah protofilamen dari sebuah mikrotubula (misalnya mikrotubula A) juga menjadi milik mirotubula yang lain (misalnya mikrotubula B) maka dua buah mikrotubula tersebut disebut doublet. Mikrotubula memilki kutub positif yaitu kutub yang pertumbuhannya cepat dan kutub negative yaitu kutub yang pertumbuhannya lambat. Hal ini disebabkan oleh susunan protofilamen yang sejajar sat terhadap yang lain dan sesuai dengan polaritas masing-masing
Mikrotubula mempunyai ujung positif dan ujung negatif. Ujung positif adalah tempat dimer-dimer bersatu membentuk heterodimer sedangkan ujung negatif adalah tempat lepasnya dimer-dimer tubulin dari ikatan heterodimer mikrotubula. Hal ini menyebabkan struktur mikrotubula tersebut labil atau bergerak.
Mikrotubula labil terdapat di dalam sitoplasma, oleh karena itu disebut mikrotubula sitoplasma. Mikrotubula sitoplasma ini berfungsi dalam  memberi bentuk sel, membantu gerakan sel, dan menentukan bidang pembelahan sel.
Terbentuknya gelendong mitosis atau apparatus mitosis yang terbentuk setelah mikrotubula sitoplasma terurai di awal mitosis. Mikrotubula gelendong mitosis pada umumnya sangat labil, cepat terakit maupun terurai. Hal ini yang menyebabkan sangat pekanya gelendong mitosis terhadap pengaruh obat-obatan.

2.2.3 Pembentukan mikrotubul dan fungsinya dalam pembelahan sel

Untuk mengatahui hal ini perlu mengetahui  MTOC (microtubule organizing center). MTOC adalah tempat dimana mikrotubul mulai terbentuk dengan kumpulan beberapa struktur special yang bervariasi. Dengan teknik imunofluoresensi pada sel yang dibiakkan pada stadium interfase tampak bahwa mikrotubula paling banyak terdapat di sekitar inti sel.
Dari daerah ini terpancar dalam bentuk anyaman benang-benang halus ke arah perifer sel. Asal mikrotubula dapat diketahui dengan tepat dengan jalan mendepolimerisasi dan membiarkannya tumbuh kembali. Mikrotubula yang timbul kembali semula terlihat seperti bintik kecil yang bebentuk bintang sehingga disebut aster. Pancaran benang–benang halus itu memanjang ke arah tepi sel sampai penyebaran awal terbentuk kembali. Daerah tempat timbulnya aster disebut MTOC (microtubule organizing center).
Sel yang sedang dalam tahap membelah mikrotubulnya bersifat labil, artinya mikrotubula di dalam sel akan terus menerus terakit dan terurai. Tetapi sel-sel pada jaringan yang sudah dewasa (sudah terdiferensiasi) memiliki mikrotubula yang stabil. Kestabilan mikrotubula ini dientukan oleh modifikasi pasca translasi dan sebagian lagi oleh transaksi antara mikrotubula dengan protein khusus pengikat mikrotubula yang disebut MAPs (microtubule associated proteins) yang berfungsi menghalangi penguraian mikrotubula dan memacu interaksi mikrotubula dengan komponen sel lainnya.

2.2.4   Pengorganisasian mikrotubul pada mitosis

Mikrotubul akan secara lengkap terorganisasi selama proses mitosis yang menunjukkan dinamic instability. Kumpulan mikrotubul yang tampak pada fase interfase sel terbongkar/terurai dan sun unit tubulin bebas disusun untuk membentuk benang spindel yang brtanggung jawab u                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          ntuk pemisahan daughter kromosom. Penyusunan kemballi dari mikrotubul diarahkan oleh duplikai dari sentrososm yang memebentuk dua MTOC yang terpisah dengan arah mitotic spindle yang berlawanan arah.
Sentriol dan komponen dari sentriosom yang lain diduplikasi pada interfase tetapi mereka bersama-sama berada pada satu sisi dalam nukleus sampai proses mitosis dimulai. Dua sentrosom kemudian berpisah dan kemudian bergerak ke arah yang berlawanan membentuk dua kutub spindle mitotic. Ketika memasuki mitosis, perubahan dari penyusunan dan pembongkaran mikrotubul terlihat. Pertama, laju pembongkaran mikrotubul naik 10 kali lipat menghasilkan pembongkaran dan pemendekan mikrotubul. Pada saat yang bersamaan mikrotubul yang mengalir ke sentrosom meningkat 5 sampai 10 kali lipat.
formasi dari mitotic spindle melibatkan selective stabilization dari beberapa mikrotubul dari sentrosom. Kinetokor spindle menempel pada condensed kromosom of mitotic sel pada sentromer mereka yang bekerja sama dengan protein spesifik untuk memebentuk kinetochore. Penempelan pada kinetochore menstabilkan mikrotubul yang mempunyai peran penting dalam memisahkan mitotic kromosom. Tipe mikrotubul yang kedua terdapat pada mitotic spindle (polar mikrotubul) yang tidak menempel pada kromosom. Pada proses mitosis, condensed kromosom pertama kali tersusun pada metafase dan terpisah, dua kromatid dari setiap kromosom tertarik ke arah kutub yang berlawanan dari spindle. Pergerakan kromosom diperantarai oleh protein motor yang bekerja sama dengan mikrotubul spindel. Pada tahap akhir mitosis, selubung/membran inti kembali terbentuk, kromosom terpisah dan terjadi sitokenesis.

2.3 SEL KANKER

Kanker merupakan penyakit sel yang dicirikan dengan perubahan mekanisme yang mengatur proliferasi (pembelahan) dan diferensiasi sel, sehingga sel tersebut mengalami kelainan kromosom (mutasi) yang menyebabkan siklus sel berlangsung terus menerus (sel terus berproliferasi namun tidak berdiferensiasi).
Siklus sel adalah suatu proses pertumbuhan sel yang teratur untuk berduplikasi (menggandakan diri) dan menurunkan informasi genetik dari satu generasi sel ke generasi sel yang berikutnya. Selama proses ini berjalan, DNA harus digandakan secara tepat dan salinan kromosom harus dibagikan tepat sama jumlah pada kedua sel anak yang terbentuk.
Kanker dapat timbul karena terjadi mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh pengaruh radiasi, virus, hormon dan bahan kimia karsinogen. Satu kali proses mutasi yang terjadi pada DNA belum dapat menimbulkan kanker. Tetapi dibutuhkan ribuan mutasi lagi yang terletak pada gen yang tidak sama. Apabila terjadi banyak mutasi pada DNA, maka sel mulai mengalami perubahan sifat secara perlahan-lahan. Sel yang bermutasi tersebut mulai membelah diri (proliferasi) dan membentuk grup tertentu (klonal) di lokasi tertentu dalam tubuh yang dapat membahayakan jaringan sehat. Tahap dimana sel kanker membentuk klonal inilah yang dinamakan tahap promosi kanker.
Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri bila badan membutuhkan, misalnya ada sel-sel yang perlu diganti karena mati atau rusak. Sedangkan sel kanker akan membelah diri meskipun tidak diperlukan, sehingga terjadi sel-sel baru yang berlebihan yang tidak memiliki daya atur. Jika berhenti membelah, sel kanker melakukannya pada sembarang titik dalam siklusnya, bukan pada checkpoint normal saja. Di samping itu, sel kanker dapat terus membelah secara tidak terbatas jika sel tersebut diberi pasokan nutrient secara terus-menerus. Sel kanker memiliki beberapa ciri khusus yang membedakannya dengan sel normal. Sel kanker tidak mempunyai control pertumbuhan dan daya lekat sel kanker berkurang atau bahkan tidak ada. Checkpoint yang merupakan titik pengontrolan yang kritis dimana siklus berhenti dan sinyal terus dapat mengatur siklus sel, sudah tidak memiliki peranan lagi. Sehingga, walaupun sel membawa abnormalitas di dalamnya, tetapi sel tetap akan melewati fase-fase dalam siklus sel secara keseluruhan kemudian membelah. Sifat sel kanker berbeda dari sel tubuh normal karena mitosis sel kanker lebih cepat, tidak normal dan tidak terkendali.
Penyakit kanker dapat menyerang berbagai macam sel, sel hati, sel kulit, sel jantung, sel darah, sel otak, sel-sel pada saluran pencernaan seperti sel lambung dan usus, sel saluran urine, sel-sel paru-paru, dan sel-sel lainnya. Dikenal beberapa jenis kanker seperti karsinoma, sarkoma, limfoma dan leukemia.




BAB III
PEMBAHASAN

3.1   KARAKTERISTIK OBAT (VINCRISTIN DAN VINBLASTINE)
Termasuk obat sitostatika ( obat anti  kanker) yang berperan sebagai anti pertumbuhan sel kanker dimana obat ini bekerja mempengaruhi sel kanker secara spesifik dan tergolong obat alkaloid atau mitotic spindel.
 


3.1.1 VINBLASTIN
Deskripsi
Nama Struktur Kimia           : Vinblastin sulfat. C46H58N4O9.H2SO4
Sifat Fisikokimia                  : Serbuk kristal, berwarna putih atau agak kekuningan, sangat higroskopik. Larut baik dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol.(  ket : Larutan 0.15% dalam air mempunyai pH 3.5 - 5.0.)
Golongan/Kelas Terapi
Antineoplastik, Imunosupresan dan obat utnuk terapi paliatif.

Nama Dagang
 -Vinblastine PCH 
- Vinblastine Sulphate DBL



Indikasi
Pengobatan limphoma Hodgkin dan non-Hodgkin, karbinoma testis, paru, kepala dan leher, payudara,ginjal. Fungides mycosis, sarkoma kaposi, histiositosis, khoriokarsinoma, dan purpura trombositopenia idiopatik.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Anak-anak dan dewasa: I.V.: 4-20 mg/m² (0.1-0.5 mg/kg) setiap 7-10 hari atau 5 hari infus kontinyu dari 1.5-2 mg/m²/hari atau 0.1-0.5 mg/kg/minggu.

Farmakologi
Distribusi: Vd: 27.3 L/kg; berikatan dengan jaringan lunak, tidak berpenetrasi pada SSP atau jaringan lemak, didistribusikan ke hati.
Ikatan protein: 99%
Metabolisme: Hepatik,menjadi metabolit aktif.
T½ eliminasi: Bipasik. Awal 0.164 jam. Terminal: 25 jam
Ekskresi: Feses (95%); urin (<1% sebagai obat utuh)

Stabilitas Penyimpanan
Vial disimpan dalam lemari pendingin (20°-80°C), hindari dari cahaya.

Kontraindikasi
Hanya untuk penggunaan melalui I.V., pemberian melalui intratekal dapat menyebabkan kematian. Hipersensitifitas terhadap vinblastik atau komponen lain dalam sediaan, kahamilan.

Efek Samping
>>10%
Dermatologi            : Alopesia.Endokrin dan metabolik: sindrom sekresi horman antidiuretik yang rendah bisa terjadi
GI                           : Diare (jarang terjadi), stomatitis, anoreksia,
Hematologi             : Dapat menyebabkan supresi sum-sum tulang dan tergantung dosis batas toksisitas dari vinblastin (tidak seperti vinkristin), granulositopenia hebat dan trombositopenia dapat terjadi setelah pemberian dari vinblastin
Myelosupresi (primer leukopenia, dosis terbatas)
Onset                      : 4-7 hari,
Nadir                      : 5-10 hari,
Recovery                : 4-21 hari
1% sampai 10%
Kardiovaskular       : Hipertensi, fenomena Raynaud (merupakan gangguan sirkulasi,dimana terjadi interupsi pada suplai darah ke banyak bagian tubuh,disebabkan oleh adanya spasmus pada arteri kecil bagian tubuh tersebut ).
SSP                         : Depresi, malaise, sakit kepala, seizure.
Endokrin & metabolic        : Hiperurikemia.
GI                           : Konstipasi, nyeri abdominal, muntah (ringan), mual (ringan), paralitileus, stomatitis.
Genital                    : Retensi uriner.Neuromuscular dan skeletal: sakit pada rahang, myalgia, paresthesia.
Respiratori              : Bronkospasmus.

<1% (terbatas pada yang mengancam jiwa)
pendarahan colitis,neurotoksisitas (jarang,simptom bisa termasuk periferal neuropati, kehilangan refleks tendon dalam, sakit kepala, kelemahan, retensi urin, GI symptoms, takikardi, hipotensi ortostatik, konvulsi), pendarahan rektal.

Bentuk Sediaan
Vial 10 mg/10 ml



Peringatan
Zat berbahaya -  Gunakan dengan peringatan untuk penanganan dan disposal. Vinblastin adalah agen yang menyebabkan lepuh (vesicant). Hindari ekstravasasi/keluarnya darah. Modifikasi dosis pada pasien dengan kegagalan fungsi ginjal dan neurotoksisitas. Penggunaan jumlah kecil obat harian untuk penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan neurotoksisitas dan tidak disarankan. Untuk penggunaan I.V saja. Penggunaan Intratekal dapat menyebabkan kematian. Monitor secara ketat untuk pemendekan nafas atau bronkospasme pada pasien yang menerima mitomisin-C.
     3.1.2   VINKRISTIN
Deskripsi
Nama & Struktur Kimia    : 22-Oxovincaleublastine Sulfate. C46H56N4O10.H2SO4
Sifat Fisikokimia               : Serbuk kristal berwarna putih atau kekuningan, sangat     higroskopis. Larut baik dalam air, sedikit larut dalam alkohol.(ket : Larutan 0.1% dalam air mempunyai pH 3.5-4.5)
Golongan/Kelas Terapi
Antineoplastik, Imunosupresan dan obat utnuk terapi paliatif

Nama Dagang
- Vincristine Kalbe
- Vincristine PCH,
- Vincristine Sulphate DBL.
- Cytosafe Vinkcristine

Indikasi
Pengobatan untuk leukimia, penyakit Limphoma Hodgkin dan non-Hodgkin , tumor Wilms (tumor ginjal ganas), neoroblastoma, rabdomyosarkoma (tumor otot lurik).



Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dosis sering diberikan 2 mg. Tetapi hal ini mungkin akan mengurangi efektifitas terapi dan  tidak direkomendasikan. Tergantung protokol individu.
Dosis tunggal >2.5 mg atau >5 mg/siklus terapi dapat diverifikasi dengan pengobatan spesifik dari regimen dan/atau berdasarkan pengalaman onkologis sebelumnya untuk dispensing.
Anak-anak  < 10 kg atau luas permukaan tubuh <1 m²: terapi awal: 0.05 mg/kg sekali seminggu kemudian naikkan dosis.
Anak-anak >10 kg atau BSA > 1 m²: 1-2 mg/m², bisa diulang sekali seminggu atau 3-6 minggu, dosis tunggal maksimum: 2 mg.
Neuroblastoma: I.V.: Infus kontinyu dengan doksorubisin: 1 mg/m²/hari untuk 72 jam.
Penyesuaian dosis untuk kerusakan hati:
Serum bilirubin 1.5-3.0 mg/dL atau AST(SGOT) 60-180 unit: Berikan 50% dari dosis normal
Serum bilirubin 3.0-5.0 mg/dL: Berikan 25% dari dosis.
Serum bilirubin > 5.0 mg/dL atau AST > 180 unit: Jangan diberikan.

Farmakologi
Absorpsi oral         : Sedikit.
Distribusi               : Vd: 163-165 L/m2; penetrasi buruk ke dalam cairan serebrospinal, secara cepat dipindahkan dari aliran darah menuju ikatan dengan jaringan, sedikit melewati penetrasi sawar darah otak.
Ikatan protein        : 75%
Metabolisme          : Di hati
T ½ eliminasi         : Terminal: 24 jam
Ekskresi                 : Feses (~80%); urin (<1% sebagai obat dalam bentuk tidak berubah)




Stabilitas Penyimpanan
Sebelum dilarutkan           : vial disimpan dalam lemari pendingin, stabil selama 30 hari dalam suhu kamar.
Larutan I.V                       :dilarutkan dalam 20-50 mL larutan NSl atau D5W, stabil selama 7 hari dalam lemari pendingin, atau 2 hari dalam suhu kamar.

Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap vinkristin dan komponen lain dari sediaan, hanya untuk penggunaan I.V., fatal jika diberikan intratekal; kehamilan

Efek Samping
1>10%
Dermatologi          : alopesia (20% - 70%)
1% - 10%
Kardiovaskular      : Hipotensi ortostatik atau hipertensi, hiper-/hipotensi
SSP                       : Depresi SSP, kebingungan, paralisis saraf kranial, demam, sakit kepala, insomnia, kesulitan motorik, seizure.Intratekal vinkristin seragam menyebabkan kematian; vinkristin tidak boleh diberikan melalui rute ini.
Efek neurologi dari vinkristin bisa adiktif dengan obat neurotik lainnya dan iradiasi dengan serabut saraf.
Dermatologi          : Rash. Endokrin dan metabolik: Hiperurikemia.
GI                          : Kram abdominal, anoreksia, perut kembung, konstipasi (dan kemungkinan paralisis ileus setelah terjadi toksisitas neurologi), diare, rasa logam, mual (ringan), ulserasi oral, muntah, hilang berat badan.
Genital                  : hilangnya tonus pada saluran urin (berhubungan dengan neurotoksisitas), dysuria, poliuria, retensi urin.
Hematologi           : Leukopenia (ringan), trombositopenia.Lokal: Flebitis, iritasi jaringan lunak dan nekrosis jika masuk ke dalam sel.
Neuromuskular dan skeletal: Kram, sakit rahang, nyeri kaki, myalgia, kehilangan sensasi, kelemahan, neuropati periferal: sering tergantung dosis toksisitas dari vinkristin.
Sering terjadi pada pasien >40 tahun, terjadi biasanya setelah rata-rata 3minggu dosis, tapi bisa terjadi setelah dosis pertama. Manifestasi seperti kehilangan refleksi tendon dalam pada ekstremitas bawah, kehilangan sensasi,nyeri, parestesiadari kelingking dan ibu jari (sensasi sarung tangan), dan “foot drop” atau “wrist drop”.
Okular                     : Atropi optik, fotofobia. <1% (terbatas pada yang mengancam jiwa )  sindrom sekresi hormon  antidiuretik yang rendah (jarang), stomatitis.
Bentuk Sediaan
Vial 1 mg/ml
Vial 2 mg/ml

Peringatan
FDA merekomendasikan untuk hati-hati dalam menggunakan antineoplasma. Modifikasi dosis diminta pada pasien dengan kegagalan fungsi hati atau yang mempunyai penyakit neuromuskular sebelumnya; hindari ekstravasasi/keluarnya darah, gunakan dengan hati-hati pada orang lanjut usia; hindari kontaminasi dengan mata, observasi sedekat mungkin untuk kejadian perpendekan nafas, bronkospasme, terutama pada pasien yang menerima mitomisin-C. Hanya untuk penggunaan IV. Penggunaan Intratekal dapat menyebabkan kematian , pemberian alopurinol untuk menjaga nefropati asam urat, jangan digunakan bersama radiasi.



3.2 MEKANISME KERJA OBAT :
Obat Vincristin Dan Vinblastine termasuk Sitostatika ( obat kanker ) yang mempengaruhi siklus sel secara spesifik . Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga menyebabkan disolusi struktur mitotic spindle pada fase mitosis. Obat golongan ini hanya bekerja pada satu fase saja.  Obat yang  termasuk golongan Alkaloid vinka ini merupakan senyawa antimitotik dengan mengadakan depolimerisasi mikrotubul yang merupakan bagian penting dari sitoskeleton dan benang spindel. Dapat berikatan secara spesifik dengan mikrotubular protein tubulin dalam bentuk dimmer, bentuk dimmer inilah yang menyebabkan terminasi mikrotubul sehingga depolimerisasi terjadi. Hal ini menyebabkan proses mitosis tertahan di metafase.

Ø  Mekanisme Vinblastin  :
Menghancurkan benang spindle sehingga pembelahan sel terhenti pada metafase (benang spindel terbentuk dari mikrotubul pada metaphase). Perhentian pada metafase menyebabkan kematian sel. Selain itu juga spesifik untuk fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein dengan memblok asam glutamat dan penggunaannya.
Ø  Mekanisme vincristine :
Berikatan dengan tubulin dan inhibisi formasi mikrotubula, menahan sel pada fase metafase dengan mengganggu spindel mitotik; spesifik untuk fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein dengan memblok asam glutamat dan penggunaannya.